AYO...BUAT PERUBAHAN di ' SMADA SOLO'

Kamis, 01 November 2012

Enam pertanyaan untuk... mendorong perubahan di sekolah

Are teachers leaders in education? || Yes in discovering what works. But for sustainable change, it must be admins
Apakah seorang guru adalah pemimpin dalam perubahan di dunia pendidikan? Jawabannya Ya, namun untuk mewujudkan perubahan yang ajeg dan berkelanjutan, kepala sekolah dan pengelolannya lah yang mesti ambil bagian

Kalimat diatas akan terasa gaungnya bagi para pengelola, kepala sekolah, orang tua siswa atau guru yang haus akan perubahan. Di sekolah swasta yang mengandalkan hidup matinya dari banyak murid yang bersekolah kata ‘guru yang professional dan mau berubah’ menjadi kata-kata sakti yang bermakna sangat dalam. Hal ini dikarenakan di situlah kunci sebenarnya dari maju mundurnya sekolah.
Di sekolah negeri juga demikian, ditengah ‘program sekolah gratis’ sebenarnya orang tua murid juga ingin melihat guru-guru anaknya professional dan selalu senang untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sayangnya banyak orang tua yang khawatir guru akan mengatakan “sudah ‘gratis’ kok mau bagus!”.
Jika anda pengelola sekolah atau kepala sekolah, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam membuat perubahan di sekolah. Saya kumpulkan beberapa pertanyaan kepada organisasi sekolah anda sendiri sebelum memulai perubahan.

Apakah sekolah punya budaya komunikasi yang baik, lancar dan mendengar apa keluhan serta keinginan guru serta harapan orang tua siswa terhadap sekolah?
Karena….
Sebuah perubahan membutuhkan pribadi-pribadi yang mau mendengar. Bukan jamannya sekolah memusuhi guru yang kritis, guru yang banyak maunya terhadap sekolah atau orang tua siswa yang cepat diberi label ‘cerewet’ hanya karena banyak keinginannya terhadap sekolah.
Apakah sekolah punya sistem dimana guru bekerja sama sebagai tim?
Karena….
Sebuah perubahan terjadi karena dikerjakan bersama-sama. Sekolah yang berhasil sekuat tenaga membuat guru-gurunya bersedia bekerja sama dalam tim. Caranya adalah memberikan kesadaran bahwa segala sesuatu akan terasa ringan jika dikerjakan secara bersama-sama.
Apakah pribadi yang mengelola atau mengepalai sekolah adalah pribadi yang menghargai proses, ramah ketika ada guru atau orang tua bertanya serta senang melihat guru-gurunya melalui prosesnya masing-masing?
Karena….
Seorang pemimpin di sekolah adalah sebuah kunci bagi perubahan. Cobalah jadi pemimpin yang senangnya hanya menyuruh atau berbicara akrab jika ada maunya saja pada staff. Maka bawahan akan melakukan sesuatu hanya karena disuruh oleh kepala sekolah. Bawahan jadi miskin ide dan inovasi, karena toh ia merasa pemimpin hanya akrab jika ada maunya saja, cari aman sendiri dan hanya sibuk menservis atasan. Jadilah pemimpin yang mudah ‘dijangkau’ oleh guru dan siswa. Jadilah pemimpin yang guru-gurunya merasakan keberadaannya  atau pengaruhnya ada bahkan ketika secara fisik sang pemimpin tidak ada di tempat. Jadilah pemimpin yang mengabdi pada atasan sekaligus pada saat yang sama ‘membesarkan’ ide, semangat dan inovasi bawahannya. Pemimpin yang hanya sibuk sendiri tanpa guru tahu kesibukannya apa, maka guru akan merasakan tidak ada bedanya ada dan tiada kepala sekolah tersebut di sekolah.
Apakah sekolah anda menerapkan  sistem ‘shared leadership’ perwujudannya adalah sekolah menempatkan guru sebagai koordinator di dalam berbagai macam bidang dibawah kepala sekolah?
Karena….
Sekarang bukan jamannya lagi hanya meminta guru untuk sibuk mengajar di kelas. Hanya sibuk dan suntuk mengajar di kelas itu guru jaman dulu. Guru era baru senang diberi tanggung jawab diluar tugasnya sebagai pengajar. Karena saat yang sama sifat pemimpin dari seorang guru perlu ditumbuhkan. Sekolah yang baik isinya adalah guru yang cakap dalam mengajar serta ahli dalam memimpin. Dalam sebuah perubahan sesama guru akan senang melakukan sesuatu jika yang menyuruh itu rekan sekerjanya dan bukan pemimpin atau kepala sekolah. Jadi saatnya sekolah mencari bibit pemimpin diantara para guru yang ada di semaikan sebagai bagian dari perubahan itu sendiri di sekolah.
Apakah sekolah anda mempunyai ‘student council’ atau organisasi siswa intra sekolah yang secara teratur dimintakan pendapatnya untuk beragam isu di sekolah?
Karena…
Pasti anda setuju bahwa sebuah sekolah komposisi jumlahnya yang paling banyak adalah jumlah siswa jika dibandingkan jumlah guru atau staff lain yang ada di sekolah. Mirisnya masih banyak sekolah yang menganggap siswa itu cuma obyek untuk dibelajarkan atau disiram ilmu sebanyak-banyaknya. Saatnya sekarang aspirasi siswa didengarkan. Bentuk perwakilan tiap kelas, isinya adalah 2 orang siswa yang sudah dipilih oleh teman sekelasnya. Satu orang siswa bertugas di semester 1 dan yang satunya bertugas di semester 2. Kedua orang ini bertugas memberikan masukan berdasarkan ide atau pendapat teman-teman yang diwakilinya di sekolah. Tugaskan dua orang guru untuk menjadi coordinator dari badan perwakilan siswa ini, biarkan mereka bertemu dua minggu sekali untuk membahas hal-hal apa saja yang menjadi kepedulian mereka terhadap sekolah. Jika ada sebuah isu yang manyangkut kepentingan orang banyak, guru dan siswa yang ada di badan tersebut secara teratur akan menyampaikannya pada pengelola atau kepala sekolah. Ketika nuansa perubahan datang dari siswa kita sendiri saya yakin pengelola atau kepala sekolah tidak akan bilang tidak. Mereka dengan segera dan senang hati akan wujudkan perubahan itu.
Apakah sekolah anda punya sarana penerbitan ‘newsletter’ yang terbit secara teratur?
Karena…
Sebuah perubahan perlu medium atau penghantar kabar kepada pihak yang menjadi ‘stake holder’ dari sekolah. Mereka adalah orang tua siswa, guru, diknas setempat bahkan calon orang tua siswa. Sebuah penerbitan yang sederhana dan murah pun akan kuat maknanya dalam menyuarakan kepada semua ‘stake holder’ bahwa sekolah ini sedang berubah, bahwa sekolah ini sedang berproses untuk menjadi lebih baik. Terbitannya punya waktu per 2 minggu (sebulan dua kali) isinya mengenai kabar kegiatan sekolah yang baru lalu dan kegiatan di dalam kelas. Biarkan guru menulis berita mengenai apa yang terjadi di kelasnya dan hadirkan foto-foto kegiatan yang ‘berbicara’. Jika sekolah sedang ingin melakukan sebuah perubahan juga bisa disuarakan disini. Keuntungan dari penerbitan ini adalah sekolah jadi punya alternative komunikasi dan ujung-ujungnya akan mengurangi keluhan atau protes pada sekolah yang terjadi akibat kurangnya komunikasi.
Bebarapa pertanyaan diatas mungkin sekolah anda belum punya atau bahkan semua sudah terjadi di sekolah anda. Saatnya untuk kembali mensucikan niat untuk siapa sebuah sekolah mesti berubah. Untuk sekolah swasta atau negeri yang sudah lama dan terkenal (dibuktikan dengan daftar tunggu siswa setiap tahun ajaran baru) perubahan juga wajib hukumnya. Sebuah sekolah akan turun pamor dan mutunya ketika pengelola, kepala sekolah dan guru-gurunya mengatakan “sekolah kami baik-baik saja kok, tidak ada hal yang mesti diubah”. Karena berubah berarti berinovasi, berinovasi berarti menyempurnakan yang sudah ada menjadi lebih baik lagi dan lagi.
....lantas bagaimana dengan SMADA SOLO ???..

0 komentar :

Posting Komentar

guru seni rupa sma negeri 2 surakarta

AYO...BERKREASI !!

Diberdayakan oleh Blogger.